Aku
mendengarkan kata demi kata yang di bicarakannya.
Minggu september
2014,,malam itu pukul 20.30,
Dia bercerita tentang
temannya,yang mungkin teman hidupnya nanti.
Rasa itu
kembali,entah dari pintu depan atau samping rumahnya ia masuk.
Terasa sedikit ngilu
di sebelah kiri dada,memaksanya masuk sedikit demi sedikit.
Aku tersenyum
,mencoba tersenyum tepatnya,tapi rasa itu mengganjal separuh senyumku.
Entahlah,aku iri
padanya ,yang di bicarakannya.
Aku ingin seperti dia
yang kau puja , aku ingin seperti dia yang membuatmu terlena.
Mengapa?
Aku tak tau bila kau
bertanya seperti itu.
Memandangimu saja aku
sudah lupa cara kembali ke hidup yang nyata itu bagaimana.
Aku di bawah
kacamatamu hanya bisa tersenyum melihatmu dengannya.
Mendoakannya ,
mendoakanmu.
Ternyata rasa yang
kau rasakan sejak dulu seperti ini,aku hanya menduga.
Entah itu benar atau
salah.
Dada kiriku sekarang
saat bertemu denganmu terasa hidup kembali,abjad ku hidup dan huruf-hurufku
berlarian di atas kertas yang masih basah dengan tinta.
Sastra merapikannya ,
tapi aku dari dulu tak bisa membedakan sastra dengan puisi.entah,mungkin otak
ku yang kurang mampu atau aku tak mau mampu.
Terkadang saat ayahku
membebani otak ku dengan kata-katanya,lirik-liriknya ,aku ingat padamu.
Mungkin terdengar absurd
di telinga , tapi kenyataannya seperti itu.
Kacamatamu
membangunkan ku dari lamunanku.
Aku melamun karna
rindu.
Tapi kau bukan
milikku.
Dan mataku nyaris
ungu melihatmu.
Kenapa begitu?
Jawabnya aku tak tau.
Kenapa tak tau?
Jawabnya rindu tak
perlu alasan.
Jam di atas kepalamu
sudah menjerit menyuruhku pergi,lewat 20.40.
Aku melihatmu dengan
tersenyum,tapi ini senyum ku yang tak biasa.
Senyum yang
sepertinya ingin menyatakan sesuatu,mungkin rindu,mungkin ingin sekali lagi
bertemu,atau mungkin aku untukmu.
Aku ingat sesuatu di
massa lalu.
Setiap minggu
menunggu tengah malam untuk menelefon mu , sekedar berbincang soal ilmu , atau
tertawa basi soal gurauan-gurauan palsu.
Aku selalu suka
menanyakan kabar tentang orang yang kau puja,tapi yang menyakitimu juga.
Tapi mengapa kau
masih segan dengannya?
Tidakkah kau sakit
karnanya?
Aku tau semua
tentangmu?
Penyakitmu selalu
hidung,kau suka makanan siap saji,dan kau suka bila aku menyebutmu Ny.ciamik.
Aku dulu menamainya
kikan,lalu sekarang aku berubah pikiran.
Sekarang ku namai dia
dengan kikankablillah.
Dari mimin
rakhmannda.chau!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar