Jumat, 03 Oktober 2014

Dari Mimin teruntuk Kikan






Aku mendengarkan kata demi kata yang di bicarakannya.
Minggu september 2014,,malam itu pukul 20.30,
Dia bercerita tentang temannya,yang mungkin teman hidupnya nanti.
Rasa itu kembali,entah dari pintu depan atau samping rumahnya ia masuk.
Terasa sedikit ngilu di sebelah kiri dada,memaksanya masuk sedikit demi sedikit.
Aku tersenyum ,mencoba tersenyum tepatnya,tapi rasa itu mengganjal separuh senyumku.
Entahlah,aku iri padanya ,yang di bicarakannya.
Aku ingin seperti dia yang kau puja , aku ingin seperti dia yang membuatmu terlena.
Mengapa?
Aku tak tau bila kau bertanya seperti itu.
Memandangimu saja aku sudah lupa cara kembali ke hidup yang nyata itu bagaimana.
Aku di bawah kacamatamu hanya bisa tersenyum melihatmu dengannya.
Mendoakannya , mendoakanmu.
Ternyata rasa yang kau rasakan sejak dulu seperti ini,aku hanya menduga.
Entah itu benar atau salah.
Dada kiriku sekarang saat bertemu denganmu terasa hidup kembali,abjad ku hidup dan huruf-hurufku berlarian di atas kertas yang masih basah dengan tinta.
Sastra merapikannya , tapi aku dari dulu tak bisa membedakan sastra dengan puisi.entah,mungkin otak ku yang kurang mampu atau aku tak mau mampu.
Terkadang saat ayahku membebani otak ku dengan kata-katanya,lirik-liriknya ,aku ingat padamu.
Mungkin terdengar absurd di telinga , tapi kenyataannya seperti itu.
Kacamatamu membangunkan ku dari lamunanku.
Aku melamun karna rindu.
Tapi kau bukan milikku.
Dan mataku nyaris ungu melihatmu.
Kenapa begitu?
Jawabnya aku tak tau.
Kenapa tak tau?
Jawabnya rindu tak perlu alasan.
Jam di atas kepalamu sudah menjerit menyuruhku pergi,lewat 20.40.
Aku melihatmu dengan tersenyum,tapi ini senyum ku yang tak biasa.
Senyum yang sepertinya ingin menyatakan sesuatu,mungkin rindu,mungkin ingin sekali lagi bertemu,atau mungkin aku untukmu.
Aku ingat sesuatu di massa lalu.
Setiap minggu menunggu tengah malam untuk menelefon mu , sekedar berbincang soal ilmu , atau tertawa basi soal gurauan-gurauan palsu.
Aku selalu suka menanyakan kabar tentang orang yang kau puja,tapi yang menyakitimu juga.
Tapi mengapa kau masih segan dengannya?
Tidakkah kau sakit karnanya?
Aku tau semua tentangmu?
Penyakitmu selalu hidung,kau suka makanan siap saji,dan kau suka bila aku menyebutmu Ny.ciamik.
Aku dulu menamainya kikan,lalu sekarang aku berubah pikiran.
Sekarang ku namai dia dengan kikankablillah.
Dari mimin rakhmannda.chau!









Tidak ada komentar:

Posting Komentar