Tak selamanya senja kan kau rasakan
dengan orang yang sama, mengudaranya senja kian menipis, tak lagi jingga
mungkin abu-abu katanya, semua terasa biasa saja bagiku, tapi tidak dengannya
ia menganggap semua tak lagi indah terasa absurd, mungkin. Tulisanku tak juga
rampung, kutanggalkan tanpa akhir yang jelas, tercecer tak ada barisan lagi
yang terpampang mengudara yang ada hanya barisan sendu tanpa tertuang. Senja
perlahan kembali menawan dengan tariannya, kutulis lagi ceritaku dengan cara
yang sama menceritakan ia yang datang
dengan sejuta kejutan.
Ia datang membawa cerita baru,
mengajariku bagaimana yang tak kutahu, ia berbeda, berjumpa dan bertemu
dengannya serasa bercermin pada diri. Semua terjadi tanpa rekayasa dan tak
direkayasa, terjadi tanpa skenario mungkin skenario Tuhan, tapi tidak pada
waktu yang tepat sebab ia tlah mengikat yang tlah ia puja. Sontak saja buatku
memanas didada entah mengapa , kuabaikan perlahan seiring dengan jalan yang
terus kudaki. Ia menyapa dengan sejuta ceria yang ia bawa membawaku mengikuti
yang ia lakukan.
Tak ada alasan bagiku untuk tak
menolaknya, menolak segala ajakan pujian bahkan pemberian. Meski menahan rasa
untuknya menyimpanya setidaknya melihatnya bahagia bersama yang terpilih cukup
bagiku untuk membungkam mulutku untuk tak mengatakan “sebesar ini asal kau mengetahui
rasaku” tetapi meski aku menaruh hati padanya aku tidak merasa bahagia saat ia
berada dalam masalah dengan yang ia pilh, aku selalu bisa merasakan apa yang ia
rasakan rasa kecewa gulana, gundah dan semacamnya aku tak ingin melihatnya
seperti itu, aku lebih suka ia berbagi bahagia bersama yang ia pilih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar