Minggu, 04 Januari 2015

aku menyebutnya merahsalju bagian 2



Mencoba menerima apa yang terlontar darinya, dengan cepat ku mencoba tegar seolah aku mampu menerimanya dibibirku tapi tidak dengan hatiku terasa tersayat teramat disana. Tetesan jatuh tak hentinya, semua terasa sia-sia kesabaranku dan rasaku. Tapi aku masih saja bertahan berharap tembok besar itu akan runtuh suatu saat nanti tapi bertahanku tak semudah itu. Kututup pintu hatiku untuk mereka yang mendekat sebab hatiku masih terpikat merahsalju,
terpikat

Jangan mendekat
Ak masih terpikat
Tak ingin sakiti kalian
Pergi saja cari kebahagiaan kalian

Setahun berlalu aku bertahan hingga aku mengetahui sebab dari yang ia lontarkan bukan karena tembok besar melainkan ia tlah memilih ia tlah mengikat yang ia pilih. Kebenaran yang keluar dari bibirnya untuk kedua kalinya membuat gemuruh dada kian membara, tak adil bagiku kurasa. “mengapa ia bisa ia ikat?tapi mengapa tidak bisa denganku?”semua terasa sudah terskenario olehnya. Mencoba ikhlas mencoba merelakan tapi tidak semudah itu kurasa. Ia yang berucap bahwa aku memasuki kriteria calon masa depannya tapi nyatanya, ia tak pernah bersua kembali ia bungkam tak sepatah katapun keluar. darinya, lantas aku harus menerka sendiri?iya harus kureka sendiri.
Bukan hanya kemarin aku mengenalmu
Sejak 2 mei tahun lalu aku mengenalnya
Semua berasa asing sekarang
Ak terbuang dalam keadaan semu
Membaur sendiri dengan malam
Ingin ku katakan padanya
Aku terluka
Aku lelah
Tak bisa kah kau mengambil keputusan?
            21/08/2013 10:41 AM

Sudah memasuki 2014 aku masih menunggu berharap ia akan kembali tapi tidak nyatanya, ia masih bungkam tak bersua, mumgkin ia sudah bahagia bersama ia yang terpilih, maka kusudahi saja bertahanku, mengakhirinya, dan cerita ini tak tahu bagaimana akhirnya. Meski masih kusimpan rasa untuknya tanpa ia tahu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar