Mencoba menerima apa yang terlontar darinya, dengan
cepat ku mencoba tegar seolah aku mampu menerimanya dibibirku tapi tidak dengan
hatiku terasa tersayat teramat disana. Tetesan jatuh tak hentinya, semua terasa
sia-sia kesabaranku dan rasaku. Tapi aku masih saja bertahan berharap tembok
besar itu akan runtuh suatu saat nanti tapi bertahanku tak semudah itu. Kututup
pintu hatiku untuk mereka yang mendekat sebab hatiku masih terpikat merahsalju,
Jangan
mendekat
Ak
masih terpikat
Tak
ingin sakiti kalian
Pergi
saja cari kebahagiaan kalian
Setahun berlalu aku bertahan hingga aku mengetahui
sebab dari yang ia lontarkan bukan karena tembok besar melainkan ia tlah
memilih ia tlah mengikat yang ia pilih. Kebenaran yang keluar dari bibirnya
untuk kedua kalinya membuat gemuruh dada kian membara, tak adil bagiku kurasa.
“mengapa ia bisa ia ikat?tapi mengapa tidak bisa denganku?”semua terasa sudah
terskenario olehnya. Mencoba ikhlas mencoba merelakan tapi tidak semudah itu
kurasa. Ia yang berucap bahwa aku memasuki kriteria calon masa depannya tapi
nyatanya, ia tak pernah bersua kembali ia bungkam tak sepatah katapun keluar.
darinya, lantas aku harus menerka sendiri?iya harus kureka sendiri.
Bukan hanya kemarin aku mengenalmu
Sejak
2 mei tahun lalu aku mengenalnya
Semua
berasa asing sekarang
Ak
terbuang dalam keadaan semu
Membaur
sendiri dengan malam
Ingin
ku katakan padanya
Aku
terluka
Aku
lelah
Tak
bisa kah kau mengambil keputusan?
21/08/2013 10:41 AM
Sudah memasuki 2014 aku masih menunggu berharap ia
akan kembali tapi tidak nyatanya, ia masih bungkam tak bersua, mumgkin ia sudah
bahagia bersama ia yang terpilih, maka kusudahi saja bertahanku, mengakhirinya,
dan cerita ini tak tahu bagaimana akhirnya. Meski masih kusimpan rasa untuknya
tanpa ia tahu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar