Senyum Hangat Mimin
Terlihat Nibiru tak
lagi menghangatkan Mimin dan Kikan, Nibiru berubah menjadi kejam bagi Kikan,
tak akan ada senyum hangat Nibiru semua berubah menjadi dingin, angkuh. Tetap
saja Mimin dengan senyum getirnya mengumbar sebuah kebingungan untuk Kikan,
menambah pertanyaan bagi Kikan sore itu.
“Yah, ak ingin membual
dengan sejuta rasa penasaran tentang sore ini”. Lirih Kikan selara pergi
meninggalkan Mimin di pelataran kafe. Dengan mata yang sedikit enggan melirik,
dilihatnya Kikan pergi berlalu dari dirinya
“Andai kau tau maksud
dari raut wajahku” seru Mimin dalam batin.
Senja berlalu begitu
cepatnya, yang tersamarkan bersama sisa-sisa malam nan membosankan bagi Kikan.
Ada yang berbeda di pagi itu, saat Kikan membuka mata ada Mimin bediri tepat di
sampingnya, membawa sebuah senyum hangat, tetapi ruangan ini asing bagi Kikan,
kamar berukuran 3x3 yang biasanya ketika ia membuka mata kini ukuran itu
berubah menjadi 4x6 bernuansa putih, bau menyengat khas aroma Rumah Sakit, lama
ia merenung, ia ingin bertanya pada Ding
“kamu berada dirumah sakit ink” di iringi
senyum dari bibir Mimin.
Iya, Mimin memanggil Kikan Ink, sebaliknya
Kikan memanggil Mimin dengan sebutan Ding.
“Apa yang terjadi
padaku Ding?mengapa aku bisa sampai disini?apa....”
“Tak usah cerewet, diam
dan pergilah istirahat lagi, kau tampak layu dan kusut!” Mimin menyaut cepat,
tak ada lagi senyum dirautnya.
Dengan tatapan yang
penuh tanya, dirasakan tubuh Kikan memberi signal yang membuatnya enggan untuk
beranjak dari ranjang Rumah Sakit. Seolah tak ada tenaga untuk ia berucap lagi,
semua berasa mati.
Melihat Kikan
bmerasakan kelemahan dalam dirinya, Mimin bergegas memberi respon kepada Mimin
dengan menyodorkan segelas air bening, Mimin menuntun Kikan perlahan menguk
setetes air bening yang membuat dahaga sekilas hilang entah terbawa arus air
bening yang diteguknya, ataukah karena Mimin yang memuntunnya ataukah memang
dia kehausan, dirasakan getar dalam benak, jantungpun enggak berpacu dengan
detak jarum jam kamar itu, detak dan tek berlomba dengan kencangnya sampai
Mimin bisa merasakan detak jantung Kikan.
“Tak usah begitu,
hilangkan kecepatan detak jantugmu itu yang bisa membuatku takut, kembalikan
seperti semula,kasian jantungmu!” Kilas Mimin, seraya ia menyembunyikan detak
jantung yang sama seperti Kikan.
“Apa maksudmu?aku...aku
ini hanya kehausan makanya sampai jantungku berdetak secepat ini!” Kilah Kikan
cepat, dengan raut muka yang perlahan memerah dan pudar.
to be continue .......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar