Senin, 07 April 2014

Nibiru

            Di Nibiru tempat tinggalku, hujan setia hari rabu, dan reda pukul satu, di meja kayu bangku berdecit, aku menunggu ditemani soda biru dan sebungkus rokok. Di Nibiru aku mengadu tempat rintih laraku mengadu, kuhisap rokokku hingga tulang kerangkaku mengilu dan seakan ingin kukatakan ini duniaku, aku bebas di Nibiru tak terpenjara dari beban belenggu. Tak ada sebebas di Nibiru, semua kerja hanya untuk makan dan sekedar membeli soda, tak membeli radio atau TV berwarna. Perkenalkan aku Mimin dan Kikan temanku. Aku pria berambut acak dengan kaos bertuliskan “FUCK TERRORIS” celana pendek kusut dan memakai sandal jepit, sedang Kikan Wanita berkacamata yang selalu menggunakan masker dan dilehernya bertuliskan haram memakai celana jeans hitam. Mereka berdua penduduk Nibiru, bekerja di salah satu cafe di ujung jalan St.Morino. dengan wajah tertekuk Mimin menelusur sepanjang jalan St.Morino tak peduli dengab Kikan disebelahnya, ia tetap tertekuk, di tatapi mata Mimin, ia hanya menoleh dingin pada Kikan, Kikan enggan bertanya, “wajahmu tak kalah kusut dengan benang nenek tua.” Mimin hanya lontarkan senyum sinis Kikan seketika diam, ada keheningan sesudahnya hingga mereka tiba dipelataran cafe pagi itu.

to be continue 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar