Di Nibiru tempat tinggalku, hujan
setia hari rabu, dan reda pukul satu, di meja kayu bangku berdecit, aku
menunggu ditemani soda biru dan sebungkus rokok. Di Nibiru aku mengadu tempat
rintih laraku mengadu, kuhisap rokokku hingga tulang kerangkaku mengilu dan
seakan ingin kukatakan ini duniaku, aku bebas di Nibiru tak terpenjara dari
beban belenggu. Tak ada sebebas di Nibiru, semua kerja hanya untuk makan dan
sekedar membeli soda, tak membeli radio atau TV berwarna. Perkenalkan aku Mimin
dan Kikan temanku. Aku pria berambut acak dengan kaos bertuliskan “FUCK
TERRORIS” celana pendek kusut dan memakai sandal jepit, sedang Kikan Wanita
berkacamata yang selalu menggunakan masker dan dilehernya bertuliskan haram
memakai celana jeans hitam. Mereka berdua penduduk Nibiru, bekerja di salah satu
cafe di ujung jalan St.Morino. dengan wajah tertekuk Mimin menelusur sepanjang
jalan St.Morino tak peduli dengab Kikan disebelahnya, ia tetap tertekuk, di
tatapi mata Mimin, ia hanya menoleh dingin pada Kikan, Kikan enggan bertanya,
“wajahmu tak kalah kusut dengan benang nenek tua.” Mimin hanya lontarkan senyum
sinis Kikan seketika diam, ada keheningan sesudahnya hingga mereka tiba
dipelataran cafe pagi itu.
to be continue
to be continue
Tidak ada komentar:
Posting Komentar