Temaram parafrase enggan menepi, memudar enggan,
menghilang pun enggan. Entah bagaimana inginnya, seperti yang bukan tereka
lagi. Masih pada senja yang sama menepikan yang tersamar, menepikan yang
memudar perlahan, menepikan yang terlihat. Jingga elok Mudita senja dalam diam,
bukan lagi. Senja bergeliat pada Fakuaro yang kian menjelma bersama malam.
Kisah yang tereka
menepikan yang menerka, pada ia yang tak ingin lagi terlihat. Mati tak bernama,
bersama nada kisah bersama mimpi. Lakuna pun masih terasa membayangkan yang tak
bisa terbayang, entah bagaimana awalnya entah bagaimana akhirnya. Ia yang akan
dijuluki derai bahagia sontak berubah bukan lagi. Bukan, ia bukan derai bahagia
ia menghilang setelah pelangi datang kemarin sore. Saat menunggu senja yang tak
lagi datang dengan keterasingan, aku sendiri.
to be continue . . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar