Kamis, 06 Agustus 2015

Senja dalam Temaram Jingga




           Temaram parafrase enggan menepi, memudar enggan, menghilang pun enggan. Entah bagaimana inginnya, seperti yang bukan tereka lagi. Masih pada senja yang sama menepikan yang tersamar, menepikan yang memudar perlahan, menepikan yang terlihat. Jingga elok Mudita senja dalam diam, bukan lagi. Senja bergeliat pada Fakuaro yang kian menjelma bersama malam.

Kisah yang tereka menepikan yang menerka, pada ia yang tak ingin lagi terlihat. Mati tak bernama, bersama nada kisah bersama mimpi. Lakuna pun masih terasa membayangkan yang tak bisa terbayang, entah bagaimana awalnya entah bagaimana akhirnya. Ia yang akan dijuluki derai bahagia sontak berubah bukan lagi. Bukan, ia bukan derai bahagia ia menghilang setelah pelangi datang kemarin sore. Saat menunggu senja yang tak lagi datang dengan keterasingan, aku sendiri.

to be continue . . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar