Senin, 12 Mei 2014

CERPEN "SENJA UNTUK NIBIRU"



SENJA UNTUK NIBIRU
Di Nibiru tempat tinggalku, hujan setia hari rabu, dan reda pukul satu, di meja kayu bangku berdecit, aku menunggu ditemani soda biru dan sebungkus rokok. Di Nibiru aku mengadu temapt rintih laraku mengadu, kuhisap rokokku hingga tulang kerangkaku mengilu dan seakan ingin kukatakan ini duniaku, aku bebas di Nibiru tak terpenjara dari beban belenggu. Tak ada sebebas di Nibiru, semua kerja hanya untuk makan dan sekedar membeli soda, tak membeli radio atau TV berwarna. Perkenalkan aku Mimin dan Kikan temanku. Aku pria berambut acak dengan kaos bertuliskan “FUCK TERRORIS” celana pendek kusut dan memakai sandal jepit, sedang Kikan Wanita berkacamata yang selalu menggunakan masker dan dilehernya bertuliskan haram memakai celana jeans hitam. Kami berdua penduduk Nibiru, bekerja di salah satu cafe di ujung jalan St.Morino.
Putaran jam terasa cepat bagi mereka kali ini, tak terasa senja mengintip malu di ufuknya, angin sepoi menelitik bulu penghuni Nibiru, seakan ingin menyematkan pada sela jari-jari penghuni Nibiru. Jam kerjapun tlah usai, tapi Kikan enggan cepat kembali pulang Cafe sudah tutup sejak 1jam yang lalu, Miminpun menghilang 2jam yang lalu lalu tapi disudut pelataran Cafe Kikan termenung dalam lamunan senja itu, tertegun seorang diri, dihadapannya terdapat secangkir soda biru pekat mengepul seraya ingin menari menyapa senja. Disampingnya terdapat sejumput mawar hitam mengarah kearah Kikan.
Aku datang dengan tergopoh-gopoh, dengan nafas terengah aku kembali ke Cafe, aku berhenti sejenak, dari kejauhan  kudapati Kikan menatap senja Nibiru.
”apa yang ia lakukan?”apa yang ia pikirkan?apa yang ia lamunkan?” benakku.
Dengan nafas yang masih tergopoh aku mendekati Kikan yang termenung di pinggiran pantai Nibiru.
“Takkah kau lelah berdiri menatap lekat seperti itu padaku?cepat duduk dan jangan memandangku seolah kau ingin memakanku seperti itu!” Ujar Kikan dengan cuek padaku.
“Tak perlu kau secuek itu padaku, apa yang kau lakukan disini?bukankah Cafe sudah tutup sejam yang lalu.” Ujarku menimpali kata Kikan.
“Yah, ak ingin membual dengan sejuta rasa penasaran tentang sore ini, takkah kau rindu dengan Bumi?takkah kau rindu Neni?”. Lirih Kikan.
“Itukah yang kau lamunkan sejak tadi?tentu, aku merindukan mereka yang berada di Bumi, inginkah kau kembali?”
“Yah, entah mengapa aku terasa bosan di Nibiru, aku merasa sepi disini tak seperti d Bumi, kerja hanya untuk secangkir soda biru seperti katamu, aku merindukan sahabatku Misa”.
“Kau memilih berada di tempat ini, bagaimana bisa kembali kau ini sungguh lucu Ink.”
Ink adalah panggilanku untuk Kikan dan dia memanggilku Am, terdengar aneh sepertinya tapi kami sudah terbiasa dengan panggilan itu.
“Jangan meledekku, kuwalat kau nanti Am”. Sambil berlalu meninggalkan Cafe.
“hey, tunggu aku Ink”. Aku berlari mengejar Kikan meninggalkan Cafe senja terkalahkan gelap, iya gelap mulai datang, malampun menggantikan senja indah kali ini.
Esoknya
Merah jingga mulai menyatu dengan gelap malam, ada yang berbeda senja kali ini. Neni duduk disebelahku menggambarkan sebuah isyarat, ada yang bergeming sepasang mata itu, ada yang tersirat di wajah Mimin, Neni ingin mereka apa yang kupikirkan.
“Tentu kau tau kedatanganku”
“Iya, aku mengerti mengapa kau sekarang berada disisiku” Jawabku dengan sejumput Senyuman.
“Lantas, apa yang akan kau lakukan?”
“Akan aku pikirkan, secepatnya akan kuputuskan”
“Sampai kapan?” Dengan penuh harap.
“Tunggu saja, dibenakku sudah ada yang kuputuskan tinggal aku memantapkannya”
“Baiklah, kau akan meninggalkannya berapa lama?”
“Entah, mungkin 1tahun, aku tak tahu” tak ada ekspresi di wajahku.
Tak ada lagi perbincangan kembali, semua berasa senyap, sunyi, sepi, hanya udara yang bersua lembut seakan ia ingin berbicara kepada mereka mengapa kalian membisu, mengapa tak kalian ramaikan kembali Nibiru senja kala itu.
Kikan sibuk dengan secangkir soda biru dan kedai yang perlahan meramaikan telinga kika, tetap saja ia merasa sepi tak bersua dibenaknya, ia mulai bosan dengan Nibiru terbesit dibenaknya ia merindukan Misa, teman berkeluh bosan di Bumi, “apa kabarnya?bagaimana dia?aku merindukanmu Mis” bulir bening menetes pilu di pipi merah senja itu. Tak ada lagi kejadian, semua membisu.
Saat semua terasa semu dan tak adil bagi mereka
Aku mulai membisu dengan sebongkah asa
Dengan berjuta tanya dalam benak diri
Akankah semua terasa sama
Bagai temaram yang pudar sebelum berlalu
Aku enggan mengadu dalam luluhnya
Bersama malam yang tak kunjung pergi
Aku ditimang dalam sebuah keresahan
Ada yang bergeming kala malam tak kunjung pulang dalam pagi
Ada harap yang tak kunjung datang
Udara menyibak semerbak malam
Aku terbuai Nibiru
Tersadar lamunanku di buyarkan sosok yang tak asing bagi indraku, Mimin disana berjalan dalam temaram lampu pinggiran kedai, ada yang berbeda, iya disebelahnya seorang wanita berkacamata, anggun, lesung pipit tertekuk jelas di senyumnya. Dengan mereka cukup lama tak disadari Mimin berada tepat disebelahnya bersama wanita lesung pipit.
“Apa yang kau lamunkan?mengapa seperti orang kesurupan saja.”
“Tidak ada, hanya saja, aku ingin bertanya padamu, emmm, siapa...”
“Ini kekasihku Neni di Bumi, tentu itu kan yang akan kau tanyakan padaku?.” Dengan wajah sinis dan sedikit senyuman kecut.
 “ Mengapa kau tampak gusar?apa yang terjadi?”. Tanya Kikan
“Aku akan pulang ke Bumi, mungkin besok atau selambatnya lusa, kau bersedia ikut?” Jawabku penuh hati-hati
“Kau bilang kau takkan kembali, sekarang kau termakan oleh omonganmu sendiri Ding, mengapa kau ke Bumi?karena Kekasihmu?” Jawaban Kikan dengan kesal selaras dengan suara Cafe yang semakin gaduh.
“Mungkin, yang jelas aku akanpulang ke Bumi, bukankah kau rindu dengan Bumi?kita pulang bersama”
“Tidak, kau pulanglah, aku tetap disini, aku tak kan kembali ke Bumi, Nibiru tempatku saat ini, kau akan kembali?”
“Mungkin, kau tunggu saja aku, aku takkan membiarkan sahabat sepertimu sendiri disini.”.
Setahun berlalu, kuraskan senja-senja Kikan tak hangat dulu bersamaku, tentu ia sendiri, aku ingin menemui di Nibiru, aku ingin kembali bersamamu kawan. Lamunanku dibuyarkan oleh bunyi  e-mail masuk di laptopku, kutemukan disana berjejer tulisa, iya itu dari Kikan, secepatnya kubuka.
Senjaku tak lagi jingga, mawar hitamku semakin layu di pot ini
Soda biru tak lagi mengepul panas, Bagaimna engkau disana?
Aku merindukan senja bersamamu, sahabat
Cepat kembali, Senja Nibiru tentu kan menyambutmu kelak, kau kembali
Ku tunggu kedatanganmu
Tentuku kan kembali, Sahabat, untuk senja di Nibiru.